Selasa, 22 Agustus 2017

Bitcoin! Investasi atau Spekulasi?

Bitcoin! Investasi atau Spekulasi?

Berita Dunia Jitu - Banyak dari kita yang masih awam dengan istilah Bitcoin, termasuk penulis sendiri. Bahkan, artikel ini, penulis buat karena adanya pertanyaan dari seorang kerabat mengenai Bitcoin.

Setelah searching ke beberapa situs, penulis mendapatkan sedikit info, sebagai gambaran awal mengenai Bitcoin. Beberapa waktu lalu dunia komputer dihebohkan dengan menjangkitnya virus WannaCry. Modus penyerangan virus ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga pemilik virus dapat membajak komputer pihak lain. Lalu jika pemilik komputer ingin akses atau data mereka dikembalikan, biasanya pembajak akan meminta tebusan, ditransfer melalui virtual account yang tidak bisa dilacak, menggunakan mata uang digital. Salah satu contoh mata uang digital ini adalah Bitcoin.

Jadi, Bitcoin adalah salah satu dari banyak jenis  mata uang digital. Selain Bitcoin, ada juga yang sering disebut seperti: Litecoin, Ripple, Dogecoin, Darkcoin, Stellar, MaidSafeCoin, NXT, BitShares, BanxShares, Coinye West dan lain sebagainya.

Lalu kenapa yang dibahas adalah Bitcoin? Ya, itu tadi, karena seorang kerabat menanyakan hal tersebut. Hehehe. Atau, kenapa kerabat menanyakan Bitcoin? Mungkin karena nama ini yang paling sering terdengar dewasa ini.

Sejarah Bitcoin

Bitcoin diketahui muncul pertama kami di tahun 2009 – 2011, namun mulai dikenal di masyarakat digital pada pertengahan tahun 2013. Sejalan dengan keberadaan transaksinya yang (hampir) tak bisa dilacak, pengembang dari teknologi mata uang Bitcoin ini juga tidak bisa dilacak. Pengembangnya muncul dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Sampai sekarang tidak ada yang dapat menjelaskan dengan pasti siapa dia dan dimana tinggalnya, namun banyak pelaku dunia digital yang percaya bahwa Nakamoto adalah pendiri dan pengembang Bitcoin.

Cara Bertransaksi Mata Uang Digital
Bitcoin sebagai mata uang digital ini sering disebut dengan Cryptocurrency, yaitu mata uang yang menggunakan enkripsi dalam bertransaksinya. Bitcoin berbeda dengan mata uang Rupiah yang dicetak oleh Bank Indonesia. Juga Berbeda dengan mata uang negara manapun yang dicetak oleh lembaga resmi dalam negara itu, sehingga dalam hal ini, peredarannya sama sekali tidak dijamin dan tidak diatur oleh bank central atau pemerintah. Dari pada itu pula, setiap orang dapat membuat Bitcoin sendiri (Bitcoin mining), tentu dengan cara yang mungkin tidak semua orang bersabar atau mampu untuk melakukan prosesnya. Menurut cerita yang beredar, Nakamoto membuat Bitcoin pertamanya pada saat pengembangan awal, dengan menggunakan suatu software untuk menebak password-password tertentu, dimana dari hasil tebakan password yang tepat maka akan menghasilkan Bitcoin-bitcoin. Dan sekarang dia sudah memiliki lebih dari 1 juta Bitcoin. Jika membuka dari salah satu website di Indonesia yang menyediakan tempat transaksi Bitcoin ini, 1 BTC dihargai dengan Rp. 54.179.100. Dari hitungan diatas, maka 1 juta Bitcoin lebih kurang setara dengan 54 triliun rupiah. Wow! Ini namanya membuat mata uang sendiri dan menghasilkan kekayaan sendiri. Apakah kita juga bisa seperti itu?


Bagi orang yang tidak ingin bersusah-susah membuat Bitcoin sendiri, namun tetap ingin memiliki Bitcoin dan ingin bertransaksi dengan Bitcoin, di internet banyak bermunculan situs-situs yang menyediakan tempat untuk bertransaksi Bitcoin. Seseorang dapat melakukan transaksi pembelian Bitcoin. Pembelian Bitcoin ini dilakukan dengan menggunakan mata uang resmi, dengan ditransfer dari akun rekening di bank nasional. Lalu, melalui pertimbangan pribadi, Bitcoin tersebut dapat dijual kembali pada saat harga sudah meningkat. Selisih harga merupakan keuntungan. Keuntungan dan modal dapat kembali dicairkan ke dalam mata uang resmi, seperti Rupiah, Dollar dan sebagainya, ke rekening bank-bank nasional yang ada, dalam hal ini biasanya menggunakan jasa pertukaran mata uang secara online.

Dilihat dari cara bertransaksinya, mungkin bisa dikatakan mirip-mirip dengan eGold, Forex Trading, atau konsep investasi lainnya yang sejenis.

Investasi atau Spekulasi?

Karena disebut-sebut sebagai mata uang digital, dapat membuat kita menjadi rancu dalam memahami apakah ini merupakan investasi atau hanya spekulasi?

Yang harus menjadi perhatian kita adalah, bahwa tujuan utama orang dalam membeli Bitcoin adalah mendapatkan untung dari selisih harga jual dengan selisih harga beli.

Mengapa kita fokus ke tujuan membeli? Karena kalau ditilik lebih dalam, untuk menciptakan Bitcoin kita sendiri, merupakan hal yang cukup sulit. Selain membutuhkan perangkat komputer yang super dan mahal, hardware dan software yang cukup mahal, juga waktu yang cukup lama, karena password-password yang akan ditebak semakin sulit dan panjang, dikarenakan efek dari semakin banyaknya Bitcoin yang beredar. Dewasa ini, untuk menciptakan 1 Bitcoin, melalui semua rangkaian prosesnya, dapat mencapai waktu 3-4 tahun. Itu pun tergantung peruntungan. Sehingga dalam hal ini, orang-orang yang baru terjun kedalam sistem ini, hampir semua melakukan pembelian untuk mendapatkan Bitcoin, bukan penciptaan. Sedangkan orang-orang yang sempat menciptakan Bitcoinnya sendiri, hanyalah orang-orang yang awal bergabung dalam transaksi Bitcoin ini. Siapa dia? Tentu seperti sejarah Bitcoin tadi, tidak ada yang tahu.

Untuk pertimbangan selanjutnya, sistem Bitcoin ini memperlihatkan fluktuasi harga yang sangat ekstrim. Sebagai contoh, pada awal Januari 2013, 1 BTC dihargai Rp. 169.000,-, pada Desember 2013, harga melejit menjadi Rp. 14.300.000,-, namun beberapa jam sebelum akhir tahun, harga turun menjadi 6.500.000,-.

Sehingga, untuk menyimpulkan apakah ini merupakan investasi atau spekulasi, silahkan masing-masing pembaca memilih sendiri. Karena sesungguhnya masing-masing pribadi memiliki rasa investasi yang berbeda-beda. Ada yang menyimpulkan bahwa investasi adalah yang murni investasi dengan fluktuasi yang terukur, namun ada pula yang mendefinisikan bahwa investasi adalah semua hal yang memiliki peluang mendapatkan keuntungan, bahkan jika fluktuasinya sangat tidak terukur.

Perlu menjadi catatan, supplai Bitcoin sangat tergantung pada beberapa pihak pendiri Bitcoin, yang sampai saat ini tidak dapat diketahui indentitas dan keberadaannya.

Akhir kata, penulis menyarankan, kalaupun ada yang ingin tetap ber’investasi’ di Bitcoin ini, sebaiknya menggunakan dana yang “bebas merdeka”, dana yang memang benar-benar berlebih dari anggaran wajib. Dana yang tidak ada dampak signifikan seandainya benar-benar hilang. Artinya, jangan sekali-sekali menggunakan dana yang sudah dianggarkan di dalam belanja dan rutinitas usaha, karena sekali harga turun drastis, jangankan keuntungan, modalpun bisa jadi tidak dapat dikembalikan.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar